Buka Dulu Topengmu

Pada 19 Juli 2016 lalu saya melakukan tes DISC. Tes ini adalah salah satu bagian dari tahapan pendafataran saya sebagai guru bahasa Inggris di salah satu sekolah di Cimanggis Depok—yang alhamdulillahnya saya kemudian diterima menjadi pengajar di sekolah tersebut. 

DISC adalah sebuah tes yang dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku umum seseorang. DISC sendiri adalah akronim dari empat pola perilaku umum manusia:

D: Dominant, Driver (Penguasa, Pengemudi, Penentu)
I: Influencing, Inspiring (Pengaruh, Inspirasi)
S: Steadiness, Stability (Ketetapan, Keseimbangan/Keajegan, Kestabilan/)
C: Correctness, Conscientiousness, Compliant (Benar, Tunduk/Rela/Mengalah)

Pengetahuan tentang DISC ini membantu seseorang memahami dirinya sendiri, keluarga, teman, atau teman kerja secara lebih baik. Itu artinya, dengan memahami gaya perilaku, orang kemudian (diharapkan) bisa menjadi komunikator yang lebih baik, bisa mencegah atau meminimalisasi konflik dan kesalahfahaman, bisa memahami perbedaan dan keunikan, dan bisa mempengaruhi orang lain secara positif.

Pada tes ini, ada tiga kateogi yang diuraikan. Kategori pertama adalah “the mask,” public self. Ini adalah citra diri yang ingin orang gambarkan/tampilkan kepada orang lain. Sesuai dengan namanya, bagian ini menggambarkan topeng yang kita tampilkan pada orang lain. bagian satu ini adalah gambaran diri seseorang dimuka umum. Dan citra diri ini bisa terus berubah. Bagian ini adalah hasil dari jawaban “paling banyak” dalam tes DISC.

Kategori kedua adalah “the core”, private self. Ini adalah bagian yang mengambarkan bagaimana orang bereaksi dalam sebuah situasi penuh tekanan, yang didasarkan pada perilaku kita sebelumnya. Bagian ini bukanlah bagian yang memproyeksikan apapun. Bagian kedua ini adalah gambaran perilaku umum respon alamiah seseorang yang sudah mendarah-daging dalam dirinya. Bagian kedua ini memiliki potensi berubah yang rendah dari waktu  ke waktu. Dengan kata lain, respon seseorang pada tekanan akan cenderung sama, kecuali pada situasi-situasi tertentu. Bagian ini dihasilkan dari “jawaban paling sedikit” dalam tes DISC.

Bagian ketiga adalah “the mirror,” perceived self. Ini adalah bagian yang menggambarkan bagaimana orang memandang (gambaran mental dan indentitas diri) dirinya sendiri. Bagian ini adalah gabungan dari tanggapan masa lalu yang telah dipelajari sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan lingkungan pada saat ini. bagian ini dihasilkan dari perbedaan antara bagian pertama (the mask, public self) dengan bagian kedua (the core, private self). Bagian ini dapat berubah, namun secara bertahap, sesuai dengan tuntutan lingkungan yang dihadapi.

Berikut ini adalah adalah perincian tiap kategori dan cara membaca tabel DISC (*1): 

DISC SAMPLE REPORT-3-3-001 2
Gambar 1: Tabel perincian dan cara baca grafik DISC 1, 2 dan 3

Dan ini adalah hasil dari tes DISC saya: 

DISC - Suwandi - 19 Juli 2016-001 - Copy
Gambar 2: Hasil tes DISC saya dalam satu halaman

 

DISC - Suwandi - 19 Juli 2016-001 - Copy - Copy
Gambar 3: Grafik 1, 2 dan 3
DISC - Suwandi - 19 Juli 2016-001 - Copy - Copy (2)
Gambar 4: Uraian Grafik 1, 2 dan 3
DISC - Suwandi - 19 Juli 2016-001 - Copy - Copy (3)
Gambar 5: Deskripsi kepribadian dan pekerjaan yang cocok untuk saya berdasarkan tes DISC 

Sebagaimana bisa dilihat, hasil tes DISC saya pada bagian pertama, the mask, public self, menunjukkan bahwa saya adalah seorang logical thinker, dengan ciri-ciri: pendiam, anti-kritik, perfeksionis, cenderung santai, detail, empati, rapi, terorganisasi, dan kaku pada metode dan prosedur. Saya kira hasil tes dan uraiannya ini cukup menggambarkan diri saya: saya merasa memang saya pemikir yang logis.Sebagaimana bisa dilihat, hasil tes DISC saya pada bagian pertama, the mask, public self, menunjukkan bahwa saya adalah seorang logical thinker, dengan ciri-ciri: pendiam, anti-kritik, perfeksionis, cenderung santai, detail, empati, rapi, terorganisasi, dan kaku pada metode dan prosedur. Saya kira hasil tes dan uraiannya ini cukup menggambarkan diri saya: saya merasa memang saya pemikir yang logis.

  1. Saya memang pendiam karena saya merasa banyak bicara itu tidak baik, dan secara khusus memang ibu saya selalu mengingatkan saya untuk selalu hati-hati dalam berkata-kata. Biasanya saya akan berbicara seperlunya saja atau saya akan bicara banyak jika memang saya harus melakukannya.
  2. Dibilang anti-kritik, itu memang ada benarnya. Sebetulnya saya tidak anti-kritik juga. Yang lebih tepat adalah saya berusaha untuk melakukan yang terbaik terlebih dahulu dari apa yang saya bisa, baru setelah saya merasa buntu, saya akan meminta pendapat/bantuan orang lain. tapi jika memang saya dipandang anti-kritik juga tidak apa apa sih sebenarnya. Yang pasti adalah saya selalu berusaha untuk terbuka pada masukan-masukan yang membuat saya bisa menjadi orang yang lebih baik.
  3. Perfeksionis? Tepat sekali! Saya memang cenderung ingin melakukan segala sesuatu secara sempurna dengan hasil yang terbaik (meskipun kadang sifat ini banyak tidak baiknya karena jadinya saya lebih banyak berfikir dan fokus pada hal-hal yang bukan pokok).
  4. Cenderung santai? Iya dan tidak. Saya merasa memang cenderung santai menghadapi permasalahan hidup, selama itu bukanlah hal-hal yang prinsipil. Tapi saya tidak bisa santai untuk perkara-perkara yang memang serius.
  5. Detail? Iya! Saya seringkali punya perhatian hal-hal remeh-temeh atau hal-hal kecil dari sebuah bagian yang besar.
  6. Empati? Yak. Saya kira saya cukup bisa menempatkan diri saya pada diri orang lain dan merasakan/memikirkan hal yang mereka rasakan/pikirkan. Empati ini lahir dari pemahaman bahwa saya pikir semua manusia, pada dasarnya, sama. Manusia malah memiliki lebih banyak persamaan daripada perbedaan. Saya juga belajar untuk berempati sesuai dengan kaidah emas yang berberbunyi “orang harus melakukan pada orang lain, apa yang ia ingin orang lain lakukan pada dirinya.” Dalam redaksi yang lain kaidah emas ini berbunyi “jangan lakukan pada orang lain, apa yang tidak kamu inginkan pada dirimu.”
  7. Rapi? Yak, saya menyenangi kerapian dan keteraturan (meskipun tidak selalu, tapi saya selalu berusaha untuk terus).
  8. Terorganisir? Yak juga. Saya menyenangi dunia yang terstruktur dan tersusun rapi. Saya tidak menyukai keadaan atau situasi yang kacau dan berantakan.
  9. Kaku pada metode dan prosedur? Iya juga. Saya berpendapat bahwa metode, cara adalah perkara penting karena dari sanalah hasil terlahir. Metode yang benar akan melahirkan hasil yang benar, dan begitu juga sebaliknya. Saya cenderung berpegan pada prosedur karena saya pikir itulah panduan yang bisa dipegang bersama secara adil/fair. Prosedur ini penting untuk membuat sebuah pekerjaan/hasil yang diinginkan teroganisasi dengan baik. Prosedur juga penting untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam sebuah proses.

Dari tes bagian pertama juga dapat dibaca bahwa, berdasarkan hasil tes ini, saya bukanlah seorang yang dominant, driver, bersifat menguasai, penggerak. Saya mendapatkan nilai sekitar -5,5. Dan saya rasa ini benar adanya. Saya tidak suka mendominasi, meskipun misalnya saya adalah pemimpin dalam sebuah lingkaran atau projek atau struktur organisasi tertentu (kecil, sedang atau besar). Ini terbukti bahwa say memang tidak terlalu terobsesi dengan ‘kontrol’—sesuatu yang dicari oleh orang yang dominant, driver. Ini juga menunjukkan bahwa saya lemah dalam hal administrasi (administration), kepemimpinan (leadership) dan determinasi (determination). Saya lebih senang berbaur, menyatu dan mendengarkan. Dengan kata lain, dari tes ini, saya bukanlah orang yang menekankan pada pembentukan lingkungan dengan mengatasi oposisi untuk menyelesaikan hasil (emphasis on shaping the environment by overcoming opposition to accomplish results). Dan saya pikir ini benar adanya.

Untuk bagian, Influencing/Inspiring, saya mendapatkan nilai sekitar -4,5. Ini artinya saya juga bukan seorang yang mempengaruhi atau menginspirasi orang lain. Saya bukanlah orang yang pandai memberikan tekanan pada pembentukan lingkungan dengan mempengaruhi atau memberikan inspirasi. Persuasi, menjadi antusias dan menjadi penhibur bukanlah kekuatan-kekuatan saya. Saya pikir ini juga benar adanya. Jika pun saya harus memberikan persuasi, itu biasanya akan terjadi dalam kelompok kecil pada pada saat tertentu saja. Saya juga bukan tipikal orang yang menularkan antusiasime dalam kelompok kecuali dalam keadaan tertentu yang saya menikmati itu. Dan saya bukan penghibur (entertainer) dalam kelompok yang bisa membangkitkan semangat atau gairah dalam kelompok. Saya lebih banyak penikmat hiburan yang ditampilkan orang lain.

Untuk bagian, steadiness, stability, saya mendapatkan nilai  sekitar -1,5. Ini artinya saya cukup baik dalam hal mendengarkan, kerjasama, dan melaksanakan sesuatu.
Sementara yang menjadi poin-poin kelemahan saya adalah: terlalu sensitif, lambat memulai dan tidak menyukai perubahan. Dan saya pikir ini semua benar adanya juga.

*** 

Untuk bagian kedua, kepribadian saat mendapat tekanan, saya mendapat predikat perfectionist, dengan uraian: sistematis dan prosedural, teratur dan memiliki perencanaan yang baik, teliti, fokus pada detail, bijaksana, diplomatis, jarang menentang rekan kerjanya, sangat berhati-hati, mengharapkan akurasi dan standar tinggi, menginginkan adanya petunjuk standar, tidak menginginkan perubahan mendadak. Sama seperti pada bagian pertama, bagian kedua  ini juga saya pikir menggambarkan diri saya secara umum. Pedikat perfeksionis dengan ciri-cirinya ini berkaitan erat dengan public self saya yang logical thinker. 

  1. Dalam sistem yang logis tentu semua hal harus sistematis—tersusun urut dan prosedural—sesuai dengan petunjukan yang disepakati untuk dilaksanakan sebagai panduan.
  2. Keteraturan dan perencanaan yang baik lebih memungkinan (bagi saya) untuk melahirkan hasil yang diharapakan. Keteraturan dan perencanaan membuat kita bisa membayangkan apa yang akan terjadi/menjadi hasil (having a predicable result). Ini seperti kita punya sketsa atau maket pada sebuah bangunan. Sketsa atau maket yang baik membuat kita bisa melihat hasil yang akan terjadi sehingga kita bisa fokus untuk membuatnya terjadi sesuai dengan panduannya.
  3. Teliti. Ini sudah menjadi bakat alamiah.
  4. Fokus pada detail. Ini juga sudah menjadi bakat alamiah (meski kadang saya juga tidak jarang tenggelam pada detail dan lupa pada hal besarnya).
  5. Bijaksana. Karena saya berpegang pada kaidah emas, maka saya berusaha sebisa mungkin memperlakukan orang lain sebagaimana saya ingin diperlakukan.
  6. Diplomatis. Saya tidak ingin menyakiti (sebagaimana saya juga tidak ingin disakiti) orang lain dengan kata-kata. Oleh karena, menjadi diplomatis dalam menyampaikan perkara adalah sebuah pilihan yang baik bagi semua pihak, win-win solution. (Meskipun kadang diplomatis ini juga artinya sarkastik).
  7. Jarang menentang rekan kerja. Saya pikir orang sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan dalam hidupnya masing-masing. Semua orang juga menurut saya punya pilihan bebas, tanpa harus bergantung pada orang lain. kecuali itu adalah sesuatu yang serius dan berdampak serius pada kelompok, saya biasanya cenderung membiarkan rekan kerja melakukan apa yang ingin dia lakukan. Biasanya saya memberi pendapat/kritik/saran jika diminta saja.
  8. Sangat berhati-hati. Ini adalah pesan ibu saya yang terus saya ingat dan mau tak mau harus terus saya jalankan. Ibu bilang, “semoga kamu bisa menjaga niat, lisan dan perbuatan.”
  9. Menharapkan akurasi dan standar yang tinggi. Saya memang menghargai ketepatan. Bagi saya ini adalah bukti kecerdasan dan persiapan yang baik/matang. Saya juga mengharapkan standar yang tinggi karena itu adalah tantangan yang membuat kita menjadi lebih baik. Lagi pula, saya merasa hidup ini terlalu sayang jika hanya digunakan untuk melakukan hal-hal mediocre atau biasa-biasa saja. Perkara biasa saja tidak akan membawa kita menjadi istimewa. 
  10. Menginginkan adanya petunjuk standar. Bagi saya petunjuk standar adalah panduan bersama sehingga kita bisa bersikap dan bertindak objektif. Meski begitu, jika sebuah pekerjaan misalnya, selesai dengan hasil yang maksimal tidak dengan mengikuti petunjuk secara tepat tapi juga tidak membuat pelanggaran fatal yang merugikan, saya pikir ini boleh-boleh saja. Dengan kata lain petunjuk standar itu perlu, tapi ia juga tidak harus diikuti secara saklek dan rigid. Manusia kadang punya kreatifitas yang tidak bisa ditampung dalam petuntuk standar. Meskipun demikian juga, khusus untuk penilaian (judgement), petunjuk standar itu sangat perlu supaya kita terhindar dari bias-bias perasaan yang relatif. Sekali lagi, fair play dan objektivitas itu penting sebagaimana dipesankan oleh kaidah emas. 
  11. Tidak mengingkan perubahan mendadak. Lagi-lagi, sesuai dengan bakat alamiah saya yang logis dan sistematis, teratur dan terukur, perubahan mendadak berarti perlawanan pada sifat alamiah saya tadi. Ini karena perubahan mendadak mengimplikasikan perubahan-perubahan pada perkara yang telah disiapkan sebelumnya. Meskipun secara alamiah saya tidak suka, tapi tuntutan di lapanangan memang selalu membuat kita/saya menyiapkan pilihan-pilihan lain sebagai alternatif. Dan semakin kesini saya semakin belajar untuk beradaptasi dengan hal-hal tidak menentu yang tidak saya harapkan lalu kemudian mengatasinya. Dari tes bagian kedua, dapat dibaca pula bahwa saya, berdasarkan tes ini, saat mendapatkan tekanan menjadi dominan—meskipun nilainya kecil, hanya sekitar 0,5 saja. Ini jauh berbeda dengan dominant public self saya di bagian pertama. Di sini saya mulai mengambil kontrol meski sedikit. Untuk bagian Influencing/Inspiring-nya, saya mendapatkan nilai -5,5 yang tidak jauh berbeda dengan hasil di bagian pertama. Ini artinya dalam keadaan penuh tekanan, saya tidak banyak bisa mempengaruhi atau menginspirasi lingkungan. Persuading, enthusiasm, dan entertaining masih menjadi kelemahan saya. sementara itu pada kategori steadiness, stability, saya mendapat nilai yang lebih baik, sekitar 1,5. Ini artinya saya cukup baik dan bisa mengelola diri dalam keadaan tertekan (atau justru kadang menampilkan performa “lebih baik saat dalam tekanan”). Dan untuk kategori correctness, compliance, conscientiousness, saya masih tetap mendapat angka tertinggi 4,0—meskipun jika dibanding grafik bagian pertama angka 4,0 ini mengalami penuruan 2,5 poin (dari 6,5). Ini artinya saya tetap kuat di perencanaa, sistem dan orkestrasi; dan pada saat yang sama perfesionis, kritis, dan tidak responsive tetap menjadi tantangan saya. saya pikir, bagian kedua ini juga menunjukan apa yang sebenarnya dari diri saya.

*** 

Sedangkan untuk bagian yang ketiga, the mirror, perceived self, predikat yang saya dapatkan adalah logical thinker, yang ini persis dengan the mask, public self saya. Itu artinya, tidak ada yang saya sembunyikan dalam diri saya. berdasarkan tes DISC, beginilah saya apa adanya. Dan saya pun merasa tidak ada yang saya sembunyikan dari kepribadian saya. akan tetapi, ini artinya juga saya, sebagaimana terlihat dalam grafik, adaah orang yang tidak dominan (nilai -1,5), tidak juga mempengaruhi atau menginspirasi (nilai sekitar -5,8) tetapi cukup stabil meskipun kurang (nilai 0,5). 

***

Dan dari ketiga bagian itu—sebagaimana tertulis dalam hasil tes—gambaran diri saya adalah:
Seorang yang praktis, cakap dan unik. Ia orang yang mampu menilai diri sendiri dan kritis terhadap dirinya dan orang lain. Ia menyukai hal yang detail dan logis; secara alamiah ia sangat analitis. Karena menyimpan informasi, ia meneliti isu berulang-ulang kali. Ia cenderung malu dan tertutup. Ia hati-hati dalam membuat keputusan yang berdasarkan pada logika, bukan emosi, selalu menggunakan pertanyaan “bagaimana dan mengapa.” Ia mengerjakan sesuatu dengan sistematis dan akurat. Ia rapi dan terorganisir sebab ia merasa bahwa keadaan berantakan sama dengan mutu yang rendah; demikian juga rapi dan teratur merupakan mutu yang tinggi. Sangat teliti dalam segala sesuatu seperti halnya dalam pekerjaan dan penggunaan waktunya. Ia merencanakan dan mengorganisir semua sisi kehidupannya. Kelambanan sangat menggangunya dan tak dapat ditolerir. 
Job match: Planner (any function), engineer (Installation, Technical), Technical Research (Chemist Technician), Academic, Statistician, Government Worker, IT Management, Prison Officer, Quality Controller. 

Membaca kesimpulan ini, respon saya adalah: Saya memang menyukai pekerjaan-pekerjaan praktis yang tidak terlalu banyak menuntuk kreatifitas tinggi. Saya pikir saya cakap dalam bekerja. Tapi saya belum tahu apa yang membuat saya unik. Bahwa saya bisa menilai diri sendiri dan orang lain, itu tidak lagi perlu diperpanjang: itu sudah bakat alamiah, saya kira. Begitu juga dengan kesukaan saya pada perkara detail, logis, analitis, dan hati-hati. Benar sekali jika dikatakan bahwa saya pemalu dan tertutup. Saya memang tidak tahan berlama-lama di depan umum atau menjadi pusat perhatian dan saya tidak bisa dengan mudah menceritakan diri saya pada orang lain—kecuali jika orang tersebut sudah saya kenal secara lebih detail dan intim (ada kedekatan pertemanan/emosional yang diatas rata-rata). Bahwa saya metodikal dalam mengambil keputusan itu juga benar. Saya pikir saya harus terus berusaha untuk objektif pada keadaan. Pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa” adalah tanda bahwa memang benar saya berpengang pada “metode” dan “alasan” secara kuat. Benar juga saya biasa bekerja secara sistematis dan akurat (setidaknya inilah yang selama ini saya coba praktekkan dan pertahankan). Demikian juga halnya dengan kerapihan yang saya sukai dan keberantakan yang saya benci—kedua-duanya benar adanya (meskipun misalnya, kamar saya dan kehidupan saya juga tidak selamanya rapi dan terorganisir). Tapi preferensi pada keteraturan dan kerapian memang bagian dari diri saya secara inheren. Benar, dalam bekerja saya berusaha untuk 100% akurat dan saya tidak suka jika waktu saya habis untuk perkara-perkara yang menurut saya tidak penting dan tidak jelas (misalnya menunggu tanpa kepastian progres yang jelas, menggosip tanpa ada keperluan, atau bermain video game). Sebisa mungkin saya juga mempunyai perencaan mingguan atau paling tidak saya punya gambaran apa yang akan saya lalukan pada jam atau hari atau minggu ini. dan saya biasa menuliskannya di planner atau buku coretan kecil.  Jika tidak melakukannya, saya biasanya lupa dan waktu saya seringkali terbuang percuma dengan melakukan hal-hal yang bukan prioritas. Saya juga tidak menyukai kelambanan—untuk perkara-perkara yang seharusnya bisa dilakukan dengan cepat, misalnya mengupas buah atau menyusun benda-benda ringan, atau mencuci piring dan gelas.

Adapun untuk pekerjaan-pekerjaan yang cocok untuk saya, pada dasarnya saya pikir itu semua pekerjaan yang memang cocok untuk saya, kecuali misalnya Prison Officer karena saya tidak menyukai penjara. Adapun pekerjaan yang saya tekuni sekarang yakni menjadi guru sudah cocok dengan personality saya (academician). Pekerjaan planner sudah saya lakukan dalam profesi sebagai guru. Saya tidak punya latar belakang yang cukup untuk menjadi Engineer atau Chemist Technician, Statistician, atau IT Management. Sementara untuk pekerjaan Quality Controller dan Government Worker sepertinya bisa dicoba jika ada kesempatan.

***

Refleksi

Setelah hampir satu tahun berlalu, saya kira hasil tes DISC saya memang tidak banyak mengalami perubahan. Hasil tes ini baru saya baca secara utuh satu minggu kebelakang—termasuk makna grafik satu, dua, dan tiganya. Pada saat hasil tes ini dirilis satu tahun lalu, saya tidak menanyakan apa makannya dan bagaimana membaca grafik  satu, dua, dan tiga itu. Seingat saya, saya terlalu senang bahwa saya diterima untuk mengajar di sekolah yang sekarang saya bekerja untuk. Dan saya juga tidak bertanya lebih jauh karena saya pikir tes ini hanya tes biasa saja. Ini jelas adalah sebuah kebodohan. Dan barangkali, secara alamiah, ini adalah bagian dari sifat unresponsive saya. Terang saja, sifat ini harus segera saya rubah. Lalu, hal-hal yang menjadi kekuatan saya seperti: planning, system, orchestration, listening, teamwork, follow-through, jelas harus saya pertahankan. Sementara hal-hal yang menjadi tantangan bagi saya seperti: perfectionist, critical, unresponsive, oversensitive, slow to begin, dislike change, harus saya atasi sebisa mungkin—secara bertahap. Pada saat yang sama saya juga harus meningkatkan kualitas-kualitas yang minus dari diri saya seperti administration, leadership, determination (Dominant) serta persuading, enthusiasm, dan entertaining (Influencing/Inspiring). Ini artinya, di satu sisi, saya harus mempertahankan accuracy dan acceptance; dan sifat methodical dan conferring (berunding). Di sisi yang lain, saya harus mulai mencari dan mendapatkan recognition dan control; dan berlatih untuk menjadi spontaneous dan decisive. 

Dengan kata lain, berdasarkan tes ini, dan berdasarkan keadaan saya yang sekarang, pekerjaan saya berikutnya adalah:
Mempertahankan tujuan untuk: 

  1. Menghasilkan prestasi unik.
  2. Kebenaran.
  3. Stabilitas.
  4. Raihan yang bisa diprediksi.
  5. Pertumbuhan diri. 

Mempertahankan kekuatan untuk:

  1. Termotivasi dengan cara kesempatan untuk meraih ilmu pengetahuan, menunjukkan keahlian dan kerja bekualitas.
  2. memprioritaskan pada ketepatan, menjaga kestabilan, dan menguji asumsi.
  3. Sifat hati-hati, persiapan, sistematis, diplomatis/asertif, akurat dan bijaksana.
  4. Menghargai kualitas dan ketepatan. 
  5. Termotivasi dengan kooperasi, kesempatan untuk membantu, dan penghargaan tulus.
  6. Memprioritaskan memberi bantuan, kolaborasi dan menjaga kestabilan.

Belajar untuk:

  1. Menerima kritik dan tidak takut salah saat mencoba dan bereksperimen. 
  2. Memprioritaskan mengambil tindakan, berkolaborasi dan mengekspresikan antusiasme. 
  3. Termotivasi oleh penghargaan sosial, aktivitas kelompok, dan hubungan-jaringan (relationship-networking). 
  4. Termotivasi oleh kemenangan, kompetisi dan sukses. 
  5. Memprioritaskan menerima tantangan, mengambil tindakan dan mendapatkah hasil dengan segera. 
  6. Menjadi penuntut (demanding), berkeinginan kuat (strong willed), berinisiatif (self-driven), tekun (determined), bergerak cepat (fast-faced), dan percaya diri (self-condifent). 
  7. Tidak terlalu kritis, terlalu analitis dan terlalu menyendiri. 
  8. Tidak ragu-ragu dan bimbang, terlalu penerima dan kecenderungan untuk menghindari perubahan. 

Akan menghabiskan lebih banyak tenaga untuk (lakukan persiapan lebih banyak untuk):

  1. Mendelegasikan tugas.
  2. Berkompromi untuk kebaikan tim.
  3. Bergabung dalam even sosial dan perayaan.
  4. Membuat keputusan cepat. 
  5. Beradaptasi pada perubahan dan ekspektasi yang tidak jelas.
  6. Multitasking.
  7. Mempromosikan diri sendiri.8. Berkonfrontasi dengan orang lain. 

 Semoga saya bisa. Aamiin…

Satu pemikiran pada “Buka Dulu Topengmu

Tinggalkan komentar